HomeBlogMengenal Lebih Dalam Taman Prasejarah Sumpang Bita

Mengenal Lebih Dalam Taman Prasejarah Sumpang Bita

Leang Sumpang Bita adalah satu dari sekian banyaknya bukti jejak hunian manusia prasejarah di Kawasan Karst Maros Pangkep. Saat ini, Sumpang Bita telah menjadi destinasi wisata yang dikemas layaknya taman yang didalamnya mengandung informasi kehidupan masa prasejarah hingga panorama alam yang menyajikan keindahan pegunungan karst.

Tampilan Taman Prasejarah Sumpang Bita yang tampak dari atas
Sumber: geoparkmarospangkep.id

            Leang Sumpang Bita sekarang dikenal dengan nama “Taman Purbakala Sumpang Bita” atau “Taman Prasejarah Sumpang Bita”. Terletak di kampung Sumpang Bita” yang berada dalam wilayah administrasi Desa Balocci Baru, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Akses menuju taman ini dapat ditempuh dengan menggunakan roda dua maupun roda empat. Jaraknya sekitar 40 km setelah take off dari bandara Sultan Hasanuddin.

Awal Penemuan Leang Sumpang Bita

Sebelum dikembangkan menjadi sebuah kompleks taman, Leang Sumpang Bita memang banyak dilirik oleh kalangan peneliti terutama sejarawan maupun arkeolog. Leang Sumpang Bita pertama kali ditemukan pada tahun 1982 oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Sulawesi Selatan (waktu itu masih bernama SPSP kemudian berganti nama BP3 dan BPCB). Pendataan pertama yang dilakukan, berhasil menemukan lukisan dinding gua, cangkang kerang, pecahan gerabah, tulang, dan gigi.

Lukisan berupa cap tangan di Leang Sumpang Bita
Sumber: (geoparkmarospangkep.id)

Penemuan Leang Sumpang Bita bersamaan dengan ditemukannya Leang Bulu Sumi. Kedua situs tersebut berada dalam satu area yang sama. Leang Bulu Sumi merupakan objek pertama yang dijumpai ketika hendak mengunjungi Leang Sumpang Bita. Selain itu, di Leang Bulu Sumi juga ditemukan kumpulan artefak, di antaranya lukisan dinding gua, alat batu, pecahan gerabah, dan cangkang kerang.

Penelitian dan Upaya Pelestarian di Leang Sumpang Bita

Pada tahun 1984 dilakukan ekskavasi di Leang Bulu Sumi dan Leang Sumpang Bita. Tim peneliti memutuskan untuk menggali permukaan situs denggan kotak galian sebesar 2×2 meter dan kedalaman mencapai 95 cm. Hasil dari penggalian menampilkan sejumlah artefak, seperti gerabah polos maupun berhias, gigi, cangkang kerang, dan tulang. Dengan kumpulan artefak tersebut, peneliti kala itu memperkirakan bahwa Taman Prasejarah Sumpang Bita telah dihuni sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bukan hanya itu, kehadiran lukisan dinding gua di situs tersebut, sangat memungkinkan adanya jejak hunian yang lebih tua. Hal itu didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Maxime Aubert yang saat itu juga telah melakukan pengukuruan terhadap lukisan dinding di gua-gua prasejarah Maros. Ia berhasil memperoleh usia sekitar 40.000 tahun yang lalu.

Tahun berikutnya (1985), dilakukan studi konservasi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mencegah kerusakan lukisan dinding gua di Leang Sumpang Bita.  Pada tahun berikutnya, kegiatan serupa kembali dilakukan yakni pada awal dan medio tahun 1986. Studi kali ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama ialah upaya untuk mengalihkan aliran air yang mengarah ke lukisan. Sebab, aliran air itu dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Selain itu, dilakukan pula penggambaran ulang lukisan dengan menggunakan hematit dan cairan pelarut. Tujuannya agar dapat memperbaiki tampilan lukisan yang berbentuk perahu dan babi.

Gambar Perahu dan babi di Leang Sumpang Bita
Sumber: (geoparkmarospangkep.id)

Tepat pada tahun 1998, Leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi resmi ditetapkan sebagai cagar budaya. Status tersebut didapatkan melalui Surat Keputusan No. 158/M/1998 pada tanggal 1 Juli yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menjabat saat itu yaitu Prof. Dr. Juwono Sudarsono, M.A,. Bersamaan dengan itu, Taman Prasejarah Sumpang Bita juga secara resmi dibebaskan dan menjadi tanah milik negara dengan luas 225.203 m2.

Tidak berhenti sampai disitu, memasuki tahun 2000-an, beberapa arkeolog senior yang terdiri dari R. Cecep Eka Permana, Yosua Adrian Pasaribu, dan M. Fadhlan S. Intan, kembali menjadikan Leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi sebagai objek penelitian. Mereka mengkaji beberapa poin penting guna mengetahui lebih jauh tentang jejak aktivitas yang pada masing-masing situs tersebut. Mulai dari variasi bentuk lukisan, korelasi lukisan dinding gua dengan tipe masyarakat yang bermukim saat itu, hingga analisis lebih dalam tentang bahan pembuatan gerabah yang ditemukan di Leang Bulu Sumi.

Taman Prasejarah Sumpang Bita telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Sejauh ini di dalam area taman telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, di antaranya lahan parkir, gerbang beserta loket, toilet umum, classroom, gazebo, rumah informasi, dan jalur pendakian berupa anak tangga.

Setelah memasuki area taman, anda dapat menyaksikan gugusan karst yang tinggi menjulang. Disambut oleh pepohonan yang rindang, dengan suasana yang begitu sejuk. Selanjutnya, anda akan dituntun oleh jalanan pengerasan yang memotong hamparan rerumputan yang nampak terpotong rapi.   

Daya Tarik Objek Hunian Prasejarah

Selain keindahan panorama alam, di dalam kompleks Taman Prasejarah Sumpang Bita terdapat beberapa spot yang menjadi daya tarik. Terdapat kolam kecil layaknya sebuah mata air dengan debit air yang tak pernah habis muncul dari gugusan karst. Selanjutnya, dua tempat memukau lainnya ialah Leang Bulu Sumi dan Leang Sumpang Bita.

Leang Bulu Sumi merupakan sebuah gua kecil yang berada pada ketinggian 208 mdpl. Di permukaan gua tersebut ditemukan sejumlah alat batu, lukisan berupa cap tangan, pecahan gerabah, dan cangkang kerang. Sementara di Leang Sumpang Bita memiliki jarak tempuh yang lebih jauh dibanding Leang Bulu Sumi. Gua tersebut berada pada ketinggian 280 mdpl, lalu pada bagian dalamnya terbagi menjadi dua ruang. Masing-masing di ruang tersebut terdapat banyak varian lukisan dinding yang dibuat oleh para maestro yang hidup ribuan tahun yang lalu. Terdapat 81 gambar cap tangan, 12 gambar babi, masing-masing satu anoa dan perahu, serta dua gambar telapak kaki anak-anak.  Selain lukisan, jejak aktivitas yang dapat dilihat ialah alat batu, gerabah, cangkang kerang, tulang, dan gigi. 

Bagian dalam gua Leang Sumpang Bita
Sumber:(geoparkmarospangkep.id)

Begitu banyak hal yang menggugah yang dapat kita saksikan di taman ini. Jika anda penasaran dengan kejadian yang pernah terjadi pada masa lampau, tentu anda dapat menyaksikan langsung bukti-bukti bahkan karya yang pernah mereka buat. Selain itu, anda dapat menikmati sejuknya udara di tengah-tengah hijaunya vegetasi dan gugusan karst yang tinggi menjulang. Anda dapat berswafoto dan mengabadikan momen-momen kunjungan anda layaknya bukti historis yang pernah ditorehkan oleh para nenek moyang kita.

Keep exploring...

Taman Prasejarah Leang Leang; Salah Satu Destinasi Wisata di Kawasan Karst Maros Pangkep

Taman prasejarah leang-leang adalah salah satu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Panorama alam serta tinggalan masa lampau dapat anda saksikan di tempat tersebut. Tepat...

The Colonial Archaeological Remains at Fort Rotterdam Makassar

Let me tell you about the charm of colonial archaeological remains in Fort Rotterdam, Makassar. Fort Rotterdam, also known as Ujung Pandang Fort, is...

Places to travel

1 Day Makassar Natural Attraction Tour : Bantimurung Maros to Leang...

Leang leang Maros
RP. 2.000.000

1 Day Prehistoric Archaeology Tour – Trip to Leang-Leang & Sumpang...

Sumpang Bita Park
$75 (Foreigner)

2 Day 1 Night – Cultural Archaeology Kajang Tribe Tours

Bulukumba
$100 (Foreigner)

Related Articles

Taman Prasejarah Leang Leang; Salah Satu Destinasi Wisata di Kawasan Karst Maros Pangkep

Taman prasejarah leang-leang adalah salah satu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Panorama alam...

History of Somba Opu Fort and Port of Gowa-Tallo Kingdom

Have you heard of Fort Somba Opu? It's one of the most fascinating historical...

Exoticism of the Kajang Tribe in Tana Toa, Bulukumba.

The Kajang tribe is one of the many indigenous tribes that call the interior...

The History and Cultural Heritage of the “Pinisi” Boat-Building Tradition

The first time I hear about the amazing Sulawesi-based sailboat pinisi is in a...

The Colonial Archaeological Remains at Fort Rotterdam Makassar

Let me tell you about the charm of colonial archaeological remains in Fort Rotterdam,...