HomeBlogPrehistoricTaman Prasejarah Leang Leang; Salah Satu Destinasi Wisata di Kawasan Karst Maros...

Taman Prasejarah Leang Leang; Salah Satu Destinasi Wisata di Kawasan Karst Maros Pangkep

Taman prasejarah leang-leang adalah salah satu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Panorama alam serta tinggalan masa lampau dapat anda saksikan di tempat tersebut.

Tepat sekali, taman prasejarah leang-leang berada di antara sebuah gugusan karst. Dilengkapi dengan gua alami maupun gua-gua prasejarah serta sungai yang mengalir di sekitarnya. Fenomena tersebut telah menjadi sebuah penampakan yang lumrah tatkala anda berkunjung di Kabupaten Maros dan Pangkep.

Taman prasejarah leang-leang berada di Kelurahan Leang-leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Jaraknya dari Kota Makassar sekitar 30 km, dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam. Anda dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Melewati jalan poros Makassar-Maros, jalan poros Maros-Camba, lalu memasuki jalan poros Leang-leang.

Selama perjalanan anda akan melihat deretan pemukiman, area persawahan, sungai, dan tentunya bentang alam karst yang begitu menggugah. Dengan begitu, waktu perjalanan akan serasa sangat cepat. Sebaliknya jika anda ingin lebih lama menikmati perjalanan, anda bisa rehat sejenak sambil mencicipi oleh-oleh khas Maros “Roti Maros” yang banyak tersedia di minimarket sepanjang jalan.

Sumber: geoparkmarospangkep.id

Setelah tiba di lokasi, anda akan memasuki area parkir. Berjalan menuju pintu gerbang dan pos jaga, sambil mengurus tarif masuk taman prasejarah leang-leang. Di sekitar taman, terdapat rumah-rumah penduduk, area persawahan, dan gugusan karst yang tinggi menjulang. Pemandangan tersebut biasanya semakin membuat pengunjung penasaran dengan beberapa objek menarik yang ada di dalam taman.

Memasuki area taman prasejarah leang-leang, anda akan menapaki kumpulan batako yang tersusun rapi membentuk jalan setapak. Sejauh mata memandang, terlihat rerumputan tipis berwarna hijau, meskipun akan mengering jika musim kemarau tiba.

Sesaat setelah anda melangkahkan kaki memasuki area taman, jika anda menoleh ke kanan anda akan menjumpai sebuah rumah panggung yang dikenal dengan nama “Bola Leppangeng”. Lanjut lagi, di sebelah kiri terdapat ruang rapat, ruang informasi gambar prasejarah, dan toilet umum. Lagi dan lagi, sambil dituntun oleh jalan setapak, anda juga akan melihat beberapa bongkahan batu alami yang nampak estetik dan begitu hidup di antara hamparan rerumputan yang tertata dengan rapi.

Tak lama kemudian, anda akan melihat baruga, gazebo, hingga kemudian menemukan sungai yang dibelah oleh jembatan yang tersambung dengan jalan setapak.

Aliran air sungai yang sedikit terhalang oleh kumpulan batuan kerakal tampak bergelombang. Namun hal itu tidak menghalangi lajunya air, justru malah semakin terlihat lebih menarik karena cucuran air tampak berpola. Oleh karena itu, tak jarang beberapa pengunjung langsung turun di tepi sungai untuk merasakan sensasi dan kesegaran air yang mengalir.

Setelah melewati jembatan, anda akan semakin dekat dengan gugusan karst dan tebing karst yang didominasi warna putih. Jalan setapak kemudian terbagi menjadi dua. Jika anda ke kiri, anda akan menemukan sebuah rumah panggung “Bola Toana”, gazebo, dan masih ada lagi toilet umum. Selain itu, sekitar 50 meter setelahnya anda akan tiba di gua Leang Petta Kere’. Di gua tersebut terdapat lukisan cap tangan dan gambar babi rusa berwarna merah. Agar dapat mengakses gua tersebut, anda harus melewati sebuah anak tangga besi yang berjumlah 26.

Sebaliknya jika anda ke kanan mengikuti jalan setapak setelah jembatan, 50-100 meter ke depan anda akan tiba di tempat lainnya. Tempat tersebut adalah Leang PettaE. Di Leang PettaE anda akan menemukan sebuah jejak tinggalan dari nenek moyang berupa artefak batu, kerang, dan lukisan dinding gua. 

Leang Pettae

Leang Pettae pertama kali diketahui melalui penemuan Heeren Palm pada 26 Februari 1950. Awal penemuannya, Palm mengidentifikasi ada tujuh gambar cap tangan berwarna merah. Diketahui, cap tangan tersebut merupakan tangan kiri dengan jari-jari yang lengkap dan ramping. Sehari setelahnya, peneliti lainnya yang bernama Van Heekern, juga menemukan sebuah gambar babi rusa yang tepat berada di sebelah kanan gambar cap tangan tersebut.

Leang Pettae adalah sebuah gua yang berada di kaki bukit karst, memiliki lebar ± 3 meter dan tinggi sekitar 5-6 meter. Gua ini berada di ketinggian 50 meter diatas permukaan laut dan dilengkapi dengan sebuah ornament berupa stalagtit dan stalagmite. Selain lukisan dinding gua, di situs ini terdapat temuan lainnya yaitu artefak batu dan cangkang kerang.

Leang Pettae dilengkapi dengan pagar besi yang berfungsi sebagai penghalang agar terhindar dari vandalisme. Di sekitarnya terdapat vegetasi, dan jalan setapak yang betingkat layaknya anak tangga yang mengikuti kontur tanah menuju mulut gua. Dengan berbagai fitur tersebut, anda dapat melakukan foto dan mengamati langsung berbagai tinggalan masa lalu yang ada di situs tersebut.

Leang Petta Kere

Secara historis, titik awal penemuan Leang Petta Kere hampir sama dengan Leang Pettae. Hal itu bermula saat peneliti asing atau seorang naturalis yang pada saat itu datang menjelejah di Kawasan Leang-leang. Serupa dengan itu, di situs ini terdapat tinggalan masa lalu berupa lukisan dinding gua dan cangkang kerang.

Leang Petta Kere adalah sebuah gua yang dapat diakses dengan menggunakan anak tangga besi yang berjumlah 26. Situs ini terbagi menjadi dua lantai. Lantai pertama memiliki ketinggian sekita 2 meter dari permukaan tanah. Sementara di lantai kedua memiliki ketinggian sekitar 13 meter dari permukaan tanah. Lukisan dinding gua menjadi salah satu tinggalan nenek moyang yang sangat fenomenal di situs tersebut. Anda dapat melihat sebuah gambar babi rusa berwarna merah dan beberapa gambar cap tangan. Beberapa gambar yang ada di Leang Petta Kere didominasi gambar cap tangan. Bahkan dari berbagai cap tangan yang dijumpai memiliki karakter yang berbeda-beda, beberapa di antaranya terdiri dari telapak tangan yang disertai dengan jari-jari yang lengkap, dan beberapa gambar lainnya berupa cap tangan yang lengkap sampai pergelangan.

Keep exploring...

Mengenal Lebih Dalam Taman Prasejarah Sumpang Bita

Leang Sumpang Bita adalah satu dari sekian banyaknya bukti jejak hunian manusia prasejarah di Kawasan Karst Maros Pangkep. Saat ini, Sumpang Bita telah menjadi...

The Colonial Archaeological Remains at Fort Rotterdam Makassar

Let me tell you about the charm of colonial archaeological remains in Fort Rotterdam, Makassar. Fort Rotterdam, also known as Ujung Pandang Fort, is...

Places to travel

1 Day Makassar Natural Attraction Tour : Bantimurung Maros to Leang...

Leang leang Maros
RP. 2.000.000

1 Day Prehistoric Archaeology Tour – Trip to Leang-Leang & Sumpang...

Sumpang Bita Park
$75 (Foreigner)

2 Day 1 Night – Cultural Archaeology Kajang Tribe Tours

Bulukumba
$100 (Foreigner)

Related Articles

Mengenal Lebih Dalam Taman Prasejarah Sumpang Bita

Leang Sumpang Bita adalah satu dari sekian banyaknya bukti jejak hunian manusia prasejarah di...